Sambutan Ketua Umum IBF

Kami mengucapkan syukur dan terima kasih pada Tuhan kita Yesus Kristus, atas terbitnya Bereans News edisi yang pertama ini. Kami berharap melalui Bereans News dapat menjadi media komunikiasi dan informasi untuk orang-orang Berea, alumni dan siswa Akademi Berea.
Ada banyak kekurangan dalam penerbitan edisi pertama ini. Oleh karena itu kami berharap dan menghimbau partisipasi dan sumbangsih Bapak/Ibu untuk menjadikan Bereans News ini untuk kita, oleh kita, dari kita dan lebih sempurna.

Gerakan Berea yang dipelopori oleh Dr. Kim Ki Dong telah meluas lebih dari 40 negara di dunia termasuk juga Indonesia. Karena itu sudah saatnya kita sebagai orang-orang Berea yang berada di Indonesia dapat bekerja bersama gereja-gereja Indonesia. Sesuai cita-cita dan pengharapan gerakan Berea supaya gereja-gereja pada masa kini mengalami pemulihan yaitu kembali kepada Alkitab seutuhnya, memiliki iman dari Alkitab, serta memiliki kebebasan karena mengetahui dan mengerti kebenaran dari Alkitab.

Di tengah situasi negara kita yang semakin memprihatinkan ini, kita wajib dan berusaha menjadi terang di tengah dunia yang gelap ini, agar jemaat Kristus tidak di kalahkan oleh alam maut, karena memiliki wibawa dan kuasa sebagai anak-anak Allah (Mat 16:18-19)

Saya berharap dan menghimbau agar semua orang-orang Berea, alumni Berea dan siswa Akademi Berea ikut serta bersama dalam kegerakan dari Allah ini. Kita menyadari ada banyak pekerjaan-Nya yang belum dilaksanakan sejak IBF ini terbentuk pada bulan Februari 2006. Oleh Karena itu haruslah kita tetap di dalam Dia dan Dia berada di dalam hidup kita, supaya dapat menyatakan terang Kristus dan menjadi garam dunia di tempat kita berada (Mat 5:13-16).

Akhirnya saya berterima kasih kepada Bapak/Ibu yang telah mendukung di dalam doa, dana dan pikiran sehingga Bereans News dapat di terbitkan. Damai sejahtera Allah Tuhan kita Yesus Kristus, kasih sayang Allah Bapa dan persekutuan dengan Roh Kudus menyertai kita selama-lamanya. Amin!

Jakarta ,Desember 2006


Mayjen (purn) Pranowo

Sekilas pandang Gerakan Berea di Indonesia

"Benih yang ditanam oleh seorang perempuan Korea, kini semakin berkembang di Indonesia"

Sejarah gereja dunia yang dimulai dengan 12 rasul Yesus Kristus, dan berkembang dengan 120 orang yang menerima Roh Kudus Di loteng Markus. Sejak itu injil tersebar ke seluruh dunia dan gereja Kristus mengalami banyak sekali gerakan-gerakan ataupun reformasi yang bertujuan membawa gereja Kristus kembali pada Alkitab. Melalui sejarah gereja kita dapat melihat gerakan-gerakan ini dan gerakan terakhir yang terjadi pada abad ke 19 yaitu gerakan Pentakosta yang sekarang mewabahi gereja-gereja di dunia. Akankah adanya gerakan baru lagi yang akan melanda gereja Kristus di abad ini, sebelum Tuhan Yesus datang yang kedua kalinya.

Hal ini dapat kita lihat bagaimanakah keadaan gereja-gereja Kristus di dunia umumnya dan gereja di Indonesia khususnya, apakah gereja-gereja Kristus yang sekarang ada dengan berbagai dogma dan doktrin masing-masing gereja, sungguh bisa membawa jemaat Kristus mempunyai iman yang berpusat pada Allah dan menjalankan kehidupan iman yang sesuai dengan Alkitab dan dituntun dengan Roh Kudus dalam kehidupan iman, biarlah mata dan hati kita yang menjawab pertanyaan tersebut.

Apakah orang-orang Kristen sungguh-sungguh percaya pada Allah dan Yesus Kristus yang di utus oleh Allah dan apakah kita benar-benar percaya pada Alkitab dan mengenal satu-satunya Allah dan Yesus Kristus yang diutus Allah seperti yang dijelaskan dalam Alkitab? Keberadaan hidup orang percaya pada masa kini, lebih mengutamakan pikiran, perasaaan dan emosi yang melampaui Firman Allah dalam Alkitab.

Dr. Kim Ki Dong yang adalah pelopor dari gerakan Berea sudah melihat hal-hal ini terjadi pada gereja Korea dan gereja-gereja dunia, sehingga mulai sejak tahun 1962 beliau mencetuskan gerakan Berea di Korea hingga keseluruh dunia, dan mengirimkan misionaris-misionaris keseluruh dunia untuk menggerakkan gerakan Berea.

Cita-cita gerakan Berea adalah agar semua jemaat Kristus memiliki iman yang diperoleh melalui Alkitab yang berdasarkan Gambaran Kehendak Allah yang seutuhnya sebagai intisari dari Alkitab.

Sekarang gerakan Berea sudah menyentuh lebih dari 40 negara di lima benua yang ada di dunia. Indonesia sebagai salah satu negara Islam terbesar didunia dan ada sekitar 323 denominasi gereja Kristus juga tidak terluput dari angin gerakan Berea melalui kunjungan beberapa kali Dr. Kim Ki Dong ke Indonesia.

Akhirnya diutuslah Pdt. Yohana Koh pada tahun 1995 ke Indonesia. Dengan pengetahuan bahasa Inggris yang minim dan tanpa mengenal keberadaan negara Indonesia maupun bahasa Indonesia, sebagai seorang perempuan asing datang ke negara yang sangat asing untuk memulai memperkenalkan gerakan Berea di Indonesia.

Pada tahun itu juga Dr. Kim datang untuk mengadakan seminar di GBI Modernland Tangerang (d/h GBI Bethany) dengan segala doa dan pengorbanan dari Pdt. Yohana Koh.

Dengan ketekunan, tekad yang kuat dan sambil belajar bahasa Indonesia di Universitas Indonesia, beliau dapat memperkenalkan dan menggerakkan gerakan Berea di Indonesia.

Akhirnya terbentuknya jemaat Korea yang terdiri dai beberapa keluarga Korea untuk beribadah bersama. Dengan berjalannya waktu Allah terus membuka jalan bagi Pdt. Yohana Koh dapat bertemu dengan beberapa tokoh-tokoh Kristen di Jakarta dan Tangerang, yaitu Pdt. Hosea Litaniwan dan Pdt. Boy Mangowal, sehinga dapat diadakan seminar Dr. Kim Ki Dong pada tahun 2000 di Gedung Menara Era Senen.

Pada kesempatan ini juga dibuka kelas Akademi Berea angkatan yang pertama. Dan sejak tahun itu juga setiap tahun sampai saat ini Dr. Kim Ki Dong datang ke Indonesia untuk mengadakan seminar bagi hamba Tuhan yang ada Di Indonesia. Juga pada tahun itu juga diterbitkan buku Si Bisu dalam bahasa Indonesia yang berisi riwayat Dr. Kim Ki Dong bertemu dengan Yesus.

Pada tahun 2002 telah diwisuda lulusan angkatan pertama Akademi Berea termasuk juga Pdt. Joko Basuki dari GBI yang juga terlibat dalam menterjemahkan buku–buku karya Dr. Kim Ki Dong, yang kini sudah terbit 12 buku dalam bahasa Indonesia.

Tuhan semakin membuka jalan buat gerakan Berea, sehingga pada tahun 2002 beberapa alumni Akademi Berea membentuk gereja Berea dengan tatacara ibadah yang sama dengan gereja Seoul Sungrak di Korea. Saat ini Gereja Berea sudah mempunyai 3 tempat ibadah di Karawaci, Tomang dan Bandung.
Ibadah pertama Gereja Berea Biblikal di Lippo Karawaci bermula dari 10 jemaat
Gereja Berea yang dimulai 10 orang pada tahun 2002 sudah berkembang menjadi 120 jemaat. Pada Januari 2006 dua orang alumni Akademi Berea angkatan pertama yaitu Pdt. Samuel S Tarman dan Pdt. Junaidi Tjendra ditahbiskan menjadi Pendeta di Gereja Sungrak Seoul , sehingga pelayanan jemaat Berea di Indonesia bisa lebih lagi ditingkatkan dan untuk membantu Pdt. Yohana Koh, baik dalam pengembangan jemaat maupun dalam gerakan Berea.


Akademi Berea yang dimulai pada tahun 2000 saat ini sudah berkembang menjadi 8 angkatan. Pada tahun 2006 ini juga para alumni Akademi Berea membentuk satu wadah baru yang disebut IBF (Indonesia Berea Fellowship) dengan ketua umum Bpk Mayjen (purn) Pranowo. Wadah ini dibentuk dengan anggota dari berbagai denominasi gereja yang merindukan jemaat Kristus dapat kembali pada Alkitab, dan mengenal gambaran kehendak Allah yang seutuhnya.


Benih yang kecil yang ditanam oleh seorang Perempuan Korea, yaitu Pdt. Yohana Koh saat ini semakin berkembang di Indonesia. Dan atas rencana Tuhan juga pada tahun ini kami dapat membeli sebidang tanah seluas hampir 5000m2 didaerah Pondok Cabe, yang mana diatas tanah ini nantinya akan dibangun gedung Berea Centre, yang akan menjadi pusat gerakan Berea di Indonesia.


Gerakan Berea akan berlangsung terus walaupun dengan berbagai tantangan karena inilah gerakan terakhir yang akan membawa perubahan pada gereja Kristus di Indonesia yang akan berlangsung sampai generasi selanjutnnya sampai Tuhan Yesus datang yang kedua kalinya.

Peserta yang selalu penuh dalam setiap acara Retret. Dengan antusias peserta mengikuti dan mendengarkan firman yang di sampaikan oleh Dr. Kim Ki Dong

Penulis Pdt Junaidi Tjendra

Kunjungan ke Seoul Sungrak Church

Pada tanggal 16-26 Oktober 2006 lalu, beberapa pengurus IBF dan siswa Akademi Berea yang berjumlah 23 orang termasuk Pdt Yohana Koh (Direktur Akademi Berea Indonesia) berkesempatan mengunjungi Seoul Sungrak Church Di Korea. Turut serta dalam rombongan juga ada Ketua umum IBF bpk Pranowo, ketua misi IBF Pdt Junaidi Tjendra dan para siswa Akademi Berea dan Jemaat Gereja Berea Biblikal (Indonesia Sungrak Church). Kedatangan rombongan untuk melihat dari dekat kehidupan iman Jemaat Seoul Sungrak Church juga sekaligus menghadiri rapat tahunan untuk hamba Tuhan pada Sinode Berea yang dinamakan CBCF (Christian Berea Church fellowship), dimana Indonesia Sungrak Church termasuk salah satu anggota dari CBCF ini. Rombongan diinapkan di Akademi House Sambongli, yaitu tempat retreat yang berada di pegunungan dan berjarak kira-kira 2 jam perjalanan dari kota Seoul. Pada kesempatan ini rombongan pada hari pertama tiba di Seoul diberi kesempatan untuk bertemu Dr Kim Ki Dong sekaligus menyerahkan ukiran kayu jati bergambarkan lukisan dari Dr kim Ki dong yang bertema Gambaran Kehendak Allah seutuhnya, ukiran ini dibuat atas jasa ibu Yahya siswa Akademi Berea yang kebetulan juga ikut serta dalam rombongan kali ini. Selama berada di Korea, kami juga banyak belajar Firman Tuhan yang disampaikan oleh para pendeta disana, antara lain Pdt. Chun Myong Wan dan Pdt. Samuel Han yang pernah datang ke Indonesia, selain itu kami juga mendengarkan Firman dari Dr. Kim Ki Dong yang berjudul ”Lawanlah Iblis”. Firman Tuhan disampaikan pada KKR yang diselenggarakan di Gereja Seoul Sungrak Church pada bln september 2006, jadi rombongan hanya mendengarkan dari video Tape yang diterjemahkan oleh Pdt Yohana koh. Rombongan juga berkesempatan beribadah pada Hari Tuhan pada Main Sanctaury dari Seoul Sungrak Church, juga melihat pembangunan World Christian Mission Centre yang sedang dalam konstruksi dan diharapkan selesai pada Des 2008, sehingga bisa digunakan untuk kongres Berea yang direncanakan pada tahun 2010. Selain melihat berbagai kegiatan di Gereja seoul Sungrak Church (sekolah minggu, paduan suara, CBA, Berea Mission Litarature), rombongan juga diajak ke objek-objek wisata disekitar kota Seoul dan diluar kota Seoul, dan mengunjungi Kota Yesan tempat Dr. kim Ki dong pertama kali percaya Yesus dan mengalami hal-hal yang ilahi disana. Rombonga juga melihat Gereja Methodist di Yesan tempat Dr. Kim Ki Dong menerima Roh kudus dan beberapa tempat yang bersejarah bagi kehidupan Dr. Kim Ki Dong si kota Yesan. Pada kesempatan ini juga beberapa orang dari rombongan di wawancarai oleh wartawan dari Today’s Berean’s dan dari koran yang dikelola oleh Seoul Sungrak Church dan menanyakan mengenai gerakan Berea di Indonesia. Pada malam terakhir rombongan menginap di Mongsanpo, dimana disitu juga ada tempat retreat yang terletak di pinggir pantai yang biasa digunakan untuk Summer Camp yang dilaksanakan setiap tahun yang dihadiri lebih dari 2000 orang. Semua anggota rombongan sungguh mendapat berkat yang luar bisa baik melalui Firman Tuhan maupun melalui kehidupan iman Jemaat Seoul Sungrak yang begitu ramah menyambut kami dan kami bisa melihat bagaimana Tuhan Yesus kita bekerja melalui pelayanan yang sudah dipercayakan kepada hamba-Nya Dr. Kim Ki Dong, sehingga kami rombongan dari Indonesia juga ikut termotivasi menggerakkan Gerakan Berea Di Indonesia. Akhirnya tgl 26 October rombongan kembali ke tanah air dengan membawa semua berkat yang didapat selama mengunjungi Seoul Sungrak Church, dan sampai ketemu lagi di Seoul pada tahun 2010.

Note: CBA (Campus Berea Akademi) adalah kumpulan dari para mahasiswa seluruh kota Seoul untuk beribadah bersama.

Ditulis oleh : Pdt. Junaidi Tjendra

Air Hidup - Ahli Waris Allah

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.
(Ibrani 1:1-2)

Allah adalah Bapa. Ia sudah menjadi Bapa dari Yesus Kristus sebelum penciptaan dunia atau bahkan sorga, ketika Ia berada dengan Sendirinya. Manusia salah berpikir bahwa Allah tidak bisa menjadi Bapa jika tidak ada orang yang memanggil-Nya Bapa. Kesalahpahaman lainnya adalah berpikir bahwa Allah disenangkan, dimuliakan dan dipuji sebagai Bapa sebab kita memanggil-Nya Bapa. Dari pada mulanya, Allah sudah menjadi Bapa dari Yesus Kristus yang ada di pangkuan-Nya.

Dengan masuk ke Yesus Kristus, kita, sebagai anak-anak-Nya boleh memanggil Allah yang berada dengan Sendirinya, yaitu “Bapa”, yaitu Allah yang berada dengan Sendirinya dari pada mulanya.

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.
(Efesus 1:3-5)

Kedatangan Anak Allah dalam sejarah manusia terjadi 2000 tahun yang lalu dan tercatat dalam sejarah. Orang-orang sezaman-Nya dapat melihat dengan mata mereka sendiri, mendengar dengan telinga mereka sendiri dan menyelidiki keberadaannya (Markus 16:9) kemudian Ia terangkat ke sorga. Allah benar-benar menjadi Bapa dan benar-benar berada.

Yesus adalah Anak Allah
Anak Allah adalah Ahli Waris, yang disebut Pewaris. Allah menciptakan sorga untuk Anak Allah dan menaruh takhta di sebelah kanan-Nya yang akan diberikan sebagai warisan-Nya sebab Allah menganggap Dia setara dengan-Nya. Seperti seorang anak mewarisi harta ayahnya atau seorang pangeran mewarisi takhta kerajaan ayahnya, Allah menyiapkan takhta untuk Anak Allah. Namun, Alkitab mengatakan Anak Allah, Yesus Kristus, rendah hati dan tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan dan merendahkan diri-Nya (Filipi 2:6).

Bermula dari kemah Allah di padang gurun sampai kepada Bait Salomo di Yerusalem, selama ribuan tahun orang Israel telah mendirikan Bait Allah dimana mereka biasa menyalahkan kaki dian, memecahkan roti di meja yang dibuat untuk itu, membakar dupa di altar, dan mempersembahkan korban-korban kepada Allah dengan maksud pendamaian kepada Dia. Semuanya ini adalah bayangan dan kiasan dari Yesus. Yesus mengatakan, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Ini karena Diri-Nya sendiri adalah Bait Allah (Yohanes 2:19, 21). Sama seperti di dalam Bait Allah saja orang dapat memberikan persembahan pendamaian kepada Allah, kini orang dapat diperdamaikan dengan Allah hanya di dalam Yesus sebab Dia adalah Bait Allah yang sejati.

Yesus Kristus, Bait Allah
Pada zaman Perjanjian Lama, tidak ada seorang pun yang melanggar hukum Taurat dapat selamat. Allah telah menunjukkan dengan jelas selama ribuan tahun bahwa dosa membawa kepada kebinasaan. Dengan kata lain, seorang pendosa tidak akan gagal untuk binasa adalah sebuah perumpamaan. Yesus menjelaskan bahwa dosa yang sebenarnya adalah jika orang tidak percaya kepada-Nya (Yohanes 16:9). Dengan kata lain, orang pasti binasa jika dia tidak memiliki iman dalam Yesus. Allah telah berbicara berulang kali dan dalam pelbagai cara tetapi manusia tidak dapat mengerti apa yang Ia maksudkan (Ibrani 1:1).

Namun, di hari-hari terakhir Yesus Kristus, Anak Allah yang datang ke dunia menyimpulkan dengan jelas kepada semua orang apa yang Allah telah sampaikan dan tunjukkan dari Kejadian hingga Wahyu. Ia telah mengungkapkan bahwa kebenaran adalah Yesus, ketidakbenaran dan dosa tidak ada pada Yesus, ini artinya bahwa Yesus adalah hidup, bukan kematian. Masuk ke Bait Allah berarti masuk ke Yesus. Allah membuat semua yang ada di dalam Perjanjian Lama sebagai sebuah proses, sehingga melalui setiap langkah, manusia dapat mencari, bertemu Allah dan mengenal Allah dan Yesus Kristus.

Orang-orang Kudus atau Anak-anak Allah Melalui Persekutuan dengan Yesus
Sekarang, dalam Yesus Kristus kita menjadi anggota-anggota tubuh-Nya. Itulah mengapa Allah yang mengasihi Yesus, mengasihi kita juga, anggota-anggota tubuh-Nya, bersama-sama dengan Anak seperti mengasihi Anak. Baptisan berarti menjadi satu dengan Yesus. Orang salah mengerti jika dia berpikir bahwa Allah mengerang pada seseorang yang tidak berada dalam Yesus dan kehilangan dia. Orang harus menyadari bahwa di mata Allah hanya tertuju kepada Yesus saja; Ia tertarik hanya dalam Anak-Nya. Allah sudah memutuskan dari pada mulanya bahwa Ia tidak akan menaruh perhatian kepada siapa pun yang berada di luar Yesus, yang Ia kasihi hanya kepada mereka yang berada dalam Anak-Nya. Karenanya, “Ia telah menentukan kita dalam Yesus Kristus sebelum penciptaan dunia.” Ini bukan berarti bahwa Ia telah menentukan mereka yang akan ke neraka, namun Ia memutuskan untuk mengakui sebagai abdi Yesus hanya kepada mereka yang berada dalam Yesus Kristus.

Alkitab merupakan teori Ahli Waris yaitu cerita mengenai Anak Allah, karenanya
“… dalam hari-hari terakhir Dia telah berbicara kepada kita melalui Anak.” Alkitab mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang Ia kasihi, dan yang Ia berkenan.

Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Matius 3:17)

Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata-kata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia! (Matius 17:5)

Oleh karena itu, setiap orang yang masuk ke Yesus, mendengar-Nya, mengakui-Nya, tunduk kepada-Nya dan menjadi anggota tubuh-Nya. Inilah bagaimana kita akhirnya dapat menjadi anak Allah dalam Yesus (Efesus 1:5). Siapakah Yesus itu? Ia adalah Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa (Yohanes 1:18). Mengakui Yesus Kristus sebagai Anak Allah adalah mengakui keberadaan Allah. Setiap anak mempunyai bapa. Bahkan walaupun kita tidak bisa melihat Bapa dengan mata jasmani kita, kita telah melihat Allah yang ada dari pangkuan-Nya.

Iman dan pengetahuan yang tepat mengenal Anak Allah
Alkitab mengatakan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14). Dengan kata lain, kita telah melihat kemuliaan Bapa dan Anak.

Kemuliaan adalah kasih karunia dan kebenaran. Dengan menerima kasih karunia dan memperoleh kebenaran, kita telah melihat kemuliaan Allah dan memperolehnya. Ibrani 10:26-27 mengatakan, “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan apa yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka” karena kita menghina Roh Kudus dan darah Anak Allah yang mengkuduskan kita.

Yesus berkata, “ Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari siapapun; tidak ada orang yang dapat merampas mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.” Allah sebagai Pencipta sorga dan bumi menciptakan segalanya, demikian juga Anak Allah di dalam Allah sehingga Bapa dan Anak menjadi satu. Sama seperti pangeran menjadi raja, Ahli Waris Allah adalah Allah. Orang harus mengetahui dengan pasti Ahli Waris Allah, yang disebut Anak Allah dan penuh dengan iman ini.

Allah adalah Bapa Yesus Kristus. Kecuali seseorang ada dalam Yesus, semuanya adalah sia-sia. Di luar Yesus, tidak ada keselamatan, tidak ada hidup, tidak nyaman, tidak ada semangat, tidak ada belas kasih. Orang harus masuk dalam Yesus. Kita berseru, roh jiwaku dapat mencapai Allah Bapa hanya di dalam Yesus saja’

Mari roh jiwaku ketahuilah Ahli Waris Allah!

Rev. Dr. Ki Dong Kim. Artikel diintisarikan dari khotbah di Seoul Sungrak Church. Diterjemahkan dari Majalah Today’s Bereans Vol 2. No. 2 Tahun 2006

Kamus istilah Berea - Gerakan Berea dan Orang-Orang Berea

Gerakan Berea:

-Gerakan iman yang dipelopori oleh Pdt. Ki Dong Kim
-Gerakan menyerupai Alkitab; gerakan gereja Perjanjian Baru; Gerakan pemimpin awan dan gerakan yang berpusat kepada Allah.

“Gerakan Berea” merupakan gerakan iman yang dipelopori oleh Pdt. Ki Dong Kim yang memahami “Gambar Kehendak Allah” pada bulan Mei 1962, sebagai anugerah Tuhan. Karakteristik gerakan ini adalah gerakan yang kembali kepada Alkitab, gerakan gereja Perjanjian Baru, gerakan para pemimpin awam, dan gerakan yang berpusat kepada Allah. Maksud tujuannya adalah kembali kepada Alkitab, sehingga Gereja dapat kembali kepada Alkitab, dan para orang kudus dapat berkumpul pada Gereja. Dengan dukungan Roh Kudus, tujuan utamanya adalah mendirikan gereja Yesus Kristus. Secara detil gerakan Berea dapat disingkat sebagai berikut:

Pertama, gerakan Berea adalah gerakan yang menyerupai Alkitab. Para pengikut gerakan ini ingin meniru kehidupan iman yang rendah hati seperti yang diteladani oleh orang-orang Berea dalam Kisah 17:11-12 yang adalah “menyelidiki kitab suci setiap hari untuk mengetahui apa yang dikatakan Paulus sungguh benar” (NIV). Tujuan gerakan Berea adalah kepada Alkitab, ini bukan semata-mata membaca firman saja, namun secara nyata mentaati firman Tuhan. Itulah gerakan Berea.

Kedua, gerakan Berea adalah gerakan gereja Perjanjian Baru. Dalam semangat gerakan ini, Gereja-gereja didorong untuk menyerupai Perjanjian Baru, dan para orang kudus didorong untuk menyerupai Gereja. Dengan cara ini, Gereja Perjanjian Baru yang menyerupai Alkitab, diwujudnyatakan. Kesembuhan Kristus dan tanda Roh Kudus, dan tanda-tanda heran bukan hanya kenangan masa lampau. Kebenaran mengatakan, “Yesus Kristus tetap sama baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-selamanya” Ibrani 13:8). Menjadi tubuh Yesus, Gereja harus dipenuhi dengan hidup dan kuasa Yesus yang telah dibangkitkan dari kematian. Gereja harus menyatakan hanya karakteristik Yesus saja. Dengan mengalami kembali kuasa Roh Kudus pada gereja-gereja masa kini seperti yang dinyatakan dalam Perjanjian Baru, gerakan ini berusaha mendirikan Gereja Yesus yang memiliki kuasa kerasulan. Sehingga, “alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18).

Ketiga, gerakan Berea adalah gerakan para pemimpin awam. Gerakan ini mendukung ide bahwa orang-orang awam pun harus mendapatkan kebebasan individu dalam menafsirkan Alkitab, dalam pengetahuan teologia, dan berdasarkan pengalaman kehidupan iman. Gerakan ini percaya dalam memberdayakan para pemimpin awam. Semua anggota jemaat gereja Perjanjian Baru memiliki hak untuk mengajarkan firman Tuhan menurut pemahaman dan pengalaman pribadi mereka. Bahkan kuasa Roh Kudus yang dibuktikan dalam kesembuhan dan pengusiran roh-roh najis harus tidak dipandang sebagai karunia yang khusus untuk orang-orang yang khusus pula. Namun, gerakan ini menggugat bahwa kuasa Roh Kudus diberikan secara universal kepada semua orang percaya.

Keempat, gerakan Berea adalah gerakan iman yang berpusat kepada Allah. Theocentricism, (Allah sebagai pusat cara pandang dalam segala hal) orientasi kepada iman diperlukan, dan anthropocentricism (cara pandang atau penafsiran dunia menurut nilai-nilai dan pengalaman manusia) dihindari dalam penafsiran Alkitab. Dalam penafsiran Alkitab, dalam memercayai firman Tuhan dan dalam memimpin kehidupan iman kita, pandangan yang berpusat kepada Allah (theocentric) diambil untuk tujuan ini. Inti gerakan ini adalah “Gambar Kehendak Allah.” Ini bukanlah semata-mata menambahkan dogma gereja lainnya lagi yang harus dipelajari dan dipaksakan. “Gambar Kehendak Allah” bertujuan, tidak hanya untuk dipelajari tetapi juga untuk dipraktekkan seturut yang kita percaya, hidup dan menjadi berdaya secara spiritual. Melebihi kuasa ekklesiatikal, melampaui doktrin-doktrin yang sudah mapan, di atas konstitusi, ada Alkitab yang mana gereja harus kembali. Inilah gereja yang harus diserupai oleh para orang kudus. Jalan ini, tujuan yang paling akhir ialah mewujudkan gereja Perjanjian Baru, yang dapat sungguh menyenangkan Allah.

Bacaan Ayat-ayat Alkitab:
Kisah 17:11-12; Ibrani 13:8; Matius 16:18





Orang-orang Berea:

-Mereka yang menyelidiki Alkitab dengan sikap yang rendah hati.
-Mereka yang hidup berdasarkan pengajaran dari Alkitab.

Orang-orang Berea adalah suatu istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan orang-orang Kristen yang ingin memimpin kehidupan keimannya dengan rendah hati meneladani orang-orang Kristen di Berea (Kisah 17:11-12), yang mengatakan, “Orang-orang Berea lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani.”

Orang Berea itu mulia hatinya, menerima firman dengan bersemangat dan menyelidiki Alkitab apakah firman itu benar.

Pertama, orang-orang Berea itu mulia hatinya. Kata Yunani, “εύγενής memiliki arti “terlahir secara hormat atau mulia” dan “mulia”. Dalam teks yang spesifik ini, Kisah 17:11-12, diterjemahkan sebagai “memiliki sifat yang mulia” (NIV), “hati yang seimbang” (KJV) , dan “mau menerima”(NRSV). Orang-orang Berea lebih mulia karakternya dan lebih seimbang hatinya. Mereka memiliki pikiran yang terbuka kepada setiap penginjil. Orang-orang Yahudi yang berkumpul di sinagoga di Berea termasuk di antaranya perempuan-perempuan terkemuka dan banyak di antaranya pejabat berpangkat tinggi, namun mereka sama sekali tidak menolak atau pun meremehkan firman yang Paulus sampaikan. Tanpa memandang kekayaan, tingkat status sosial yang tinggi dan latar belakang pendidikan yang baik, mereka tidak angkuh terhadap firman Tuhan.

Kedua, “orang-orang Berea” menerima firman dengan bersemangat. Kata Yunani, “προθνμιας” memiliki arti “bersedia membantu”, “bersiap”, “berhasrat” dan “bersemangat”. Orang-orang percaya di Berea mendengar firman dengan bersemangat sekali. Walaupun pembawa firman bukan orang yang berasal dari komunitasnya, mereka memberikan perhatian kepada firman dengan sikap yang sangat positif.

Ketiga, “orang-orang Berea” menyelidiki Alkitab untuk mengetahui apa yang mereka dengar dalam khotbah adalah benar. Kata Yunani, “ανακρίνω” terdiri dari kombinasi dari “ανα” dan “κρίν.” “ανα” memiliki arti “pengulangan” dan “κρίν” berarti “hakim”. Sehingga “ανακρίνω” berarti “menghakimi setelah berpikir berkali-kali” tanpa mengambil kesimpulan yang terburu-buru. Atas pendengaran firman Injil dari Paulus, mereka tidak langsung menghakimi dengan cara yang terburu-buru menurut pengalaman dan pikiran mereka sendiri, namun mereka lebih suka bermeditasi lebih dulu, lagi dan lagi. Mereka menyelidiki kitab suci untuk melihat apa yang Paulus khotbahkan sesuai dengan firman Tuhan. Beginilah bagaimana mereka memperoleh konfirmasi pada kebenaran firman Injil yang Palulus sampaikan. “Orang-orang Berea” tidak egois. Mereka juga tidak mematuhi secara membabi buta. Mereka adalah orang-orang yang patut diteladani yang menerima firman Tuhan dengan pikiran yang terbuka dan memeriksa firman dengan Alkitab. Mereka adalah orang percaya yang sejati, karena mereka berusaha sekuat tenaga untuk hidup berdasarkan pengajaran Alkitab. Mereka memberikan wibawa yang tertinggi kepada Alkitab.

Ayat Alkitab terkait:
Kisah 17:11-12