Air Hidup - Ahli Waris Allah

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.
(Ibrani 1:1-2)

Allah adalah Bapa. Ia sudah menjadi Bapa dari Yesus Kristus sebelum penciptaan dunia atau bahkan sorga, ketika Ia berada dengan Sendirinya. Manusia salah berpikir bahwa Allah tidak bisa menjadi Bapa jika tidak ada orang yang memanggil-Nya Bapa. Kesalahpahaman lainnya adalah berpikir bahwa Allah disenangkan, dimuliakan dan dipuji sebagai Bapa sebab kita memanggil-Nya Bapa. Dari pada mulanya, Allah sudah menjadi Bapa dari Yesus Kristus yang ada di pangkuan-Nya.

Dengan masuk ke Yesus Kristus, kita, sebagai anak-anak-Nya boleh memanggil Allah yang berada dengan Sendirinya, yaitu “Bapa”, yaitu Allah yang berada dengan Sendirinya dari pada mulanya.

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.
(Efesus 1:3-5)

Kedatangan Anak Allah dalam sejarah manusia terjadi 2000 tahun yang lalu dan tercatat dalam sejarah. Orang-orang sezaman-Nya dapat melihat dengan mata mereka sendiri, mendengar dengan telinga mereka sendiri dan menyelidiki keberadaannya (Markus 16:9) kemudian Ia terangkat ke sorga. Allah benar-benar menjadi Bapa dan benar-benar berada.

Yesus adalah Anak Allah
Anak Allah adalah Ahli Waris, yang disebut Pewaris. Allah menciptakan sorga untuk Anak Allah dan menaruh takhta di sebelah kanan-Nya yang akan diberikan sebagai warisan-Nya sebab Allah menganggap Dia setara dengan-Nya. Seperti seorang anak mewarisi harta ayahnya atau seorang pangeran mewarisi takhta kerajaan ayahnya, Allah menyiapkan takhta untuk Anak Allah. Namun, Alkitab mengatakan Anak Allah, Yesus Kristus, rendah hati dan tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan dan merendahkan diri-Nya (Filipi 2:6).

Bermula dari kemah Allah di padang gurun sampai kepada Bait Salomo di Yerusalem, selama ribuan tahun orang Israel telah mendirikan Bait Allah dimana mereka biasa menyalahkan kaki dian, memecahkan roti di meja yang dibuat untuk itu, membakar dupa di altar, dan mempersembahkan korban-korban kepada Allah dengan maksud pendamaian kepada Dia. Semuanya ini adalah bayangan dan kiasan dari Yesus. Yesus mengatakan, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Ini karena Diri-Nya sendiri adalah Bait Allah (Yohanes 2:19, 21). Sama seperti di dalam Bait Allah saja orang dapat memberikan persembahan pendamaian kepada Allah, kini orang dapat diperdamaikan dengan Allah hanya di dalam Yesus sebab Dia adalah Bait Allah yang sejati.

Yesus Kristus, Bait Allah
Pada zaman Perjanjian Lama, tidak ada seorang pun yang melanggar hukum Taurat dapat selamat. Allah telah menunjukkan dengan jelas selama ribuan tahun bahwa dosa membawa kepada kebinasaan. Dengan kata lain, seorang pendosa tidak akan gagal untuk binasa adalah sebuah perumpamaan. Yesus menjelaskan bahwa dosa yang sebenarnya adalah jika orang tidak percaya kepada-Nya (Yohanes 16:9). Dengan kata lain, orang pasti binasa jika dia tidak memiliki iman dalam Yesus. Allah telah berbicara berulang kali dan dalam pelbagai cara tetapi manusia tidak dapat mengerti apa yang Ia maksudkan (Ibrani 1:1).

Namun, di hari-hari terakhir Yesus Kristus, Anak Allah yang datang ke dunia menyimpulkan dengan jelas kepada semua orang apa yang Allah telah sampaikan dan tunjukkan dari Kejadian hingga Wahyu. Ia telah mengungkapkan bahwa kebenaran adalah Yesus, ketidakbenaran dan dosa tidak ada pada Yesus, ini artinya bahwa Yesus adalah hidup, bukan kematian. Masuk ke Bait Allah berarti masuk ke Yesus. Allah membuat semua yang ada di dalam Perjanjian Lama sebagai sebuah proses, sehingga melalui setiap langkah, manusia dapat mencari, bertemu Allah dan mengenal Allah dan Yesus Kristus.

Orang-orang Kudus atau Anak-anak Allah Melalui Persekutuan dengan Yesus
Sekarang, dalam Yesus Kristus kita menjadi anggota-anggota tubuh-Nya. Itulah mengapa Allah yang mengasihi Yesus, mengasihi kita juga, anggota-anggota tubuh-Nya, bersama-sama dengan Anak seperti mengasihi Anak. Baptisan berarti menjadi satu dengan Yesus. Orang salah mengerti jika dia berpikir bahwa Allah mengerang pada seseorang yang tidak berada dalam Yesus dan kehilangan dia. Orang harus menyadari bahwa di mata Allah hanya tertuju kepada Yesus saja; Ia tertarik hanya dalam Anak-Nya. Allah sudah memutuskan dari pada mulanya bahwa Ia tidak akan menaruh perhatian kepada siapa pun yang berada di luar Yesus, yang Ia kasihi hanya kepada mereka yang berada dalam Anak-Nya. Karenanya, “Ia telah menentukan kita dalam Yesus Kristus sebelum penciptaan dunia.” Ini bukan berarti bahwa Ia telah menentukan mereka yang akan ke neraka, namun Ia memutuskan untuk mengakui sebagai abdi Yesus hanya kepada mereka yang berada dalam Yesus Kristus.

Alkitab merupakan teori Ahli Waris yaitu cerita mengenai Anak Allah, karenanya
“… dalam hari-hari terakhir Dia telah berbicara kepada kita melalui Anak.” Alkitab mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang Ia kasihi, dan yang Ia berkenan.

Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Matius 3:17)

Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata-kata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia! (Matius 17:5)

Oleh karena itu, setiap orang yang masuk ke Yesus, mendengar-Nya, mengakui-Nya, tunduk kepada-Nya dan menjadi anggota tubuh-Nya. Inilah bagaimana kita akhirnya dapat menjadi anak Allah dalam Yesus (Efesus 1:5). Siapakah Yesus itu? Ia adalah Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa (Yohanes 1:18). Mengakui Yesus Kristus sebagai Anak Allah adalah mengakui keberadaan Allah. Setiap anak mempunyai bapa. Bahkan walaupun kita tidak bisa melihat Bapa dengan mata jasmani kita, kita telah melihat Allah yang ada dari pangkuan-Nya.

Iman dan pengetahuan yang tepat mengenal Anak Allah
Alkitab mengatakan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14). Dengan kata lain, kita telah melihat kemuliaan Bapa dan Anak.

Kemuliaan adalah kasih karunia dan kebenaran. Dengan menerima kasih karunia dan memperoleh kebenaran, kita telah melihat kemuliaan Allah dan memperolehnya. Ibrani 10:26-27 mengatakan, “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan apa yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka” karena kita menghina Roh Kudus dan darah Anak Allah yang mengkuduskan kita.

Yesus berkata, “ Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari siapapun; tidak ada orang yang dapat merampas mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.” Allah sebagai Pencipta sorga dan bumi menciptakan segalanya, demikian juga Anak Allah di dalam Allah sehingga Bapa dan Anak menjadi satu. Sama seperti pangeran menjadi raja, Ahli Waris Allah adalah Allah. Orang harus mengetahui dengan pasti Ahli Waris Allah, yang disebut Anak Allah dan penuh dengan iman ini.

Allah adalah Bapa Yesus Kristus. Kecuali seseorang ada dalam Yesus, semuanya adalah sia-sia. Di luar Yesus, tidak ada keselamatan, tidak ada hidup, tidak nyaman, tidak ada semangat, tidak ada belas kasih. Orang harus masuk dalam Yesus. Kita berseru, roh jiwaku dapat mencapai Allah Bapa hanya di dalam Yesus saja’

Mari roh jiwaku ketahuilah Ahli Waris Allah!

Rev. Dr. Ki Dong Kim. Artikel diintisarikan dari khotbah di Seoul Sungrak Church. Diterjemahkan dari Majalah Today’s Bereans Vol 2. No. 2 Tahun 2006