Kamus istilah Berea - Gerakan Berea dan Orang-Orang Berea

Gerakan Berea:

-Gerakan iman yang dipelopori oleh Pdt. Ki Dong Kim
-Gerakan menyerupai Alkitab; gerakan gereja Perjanjian Baru; Gerakan pemimpin awan dan gerakan yang berpusat kepada Allah.

“Gerakan Berea” merupakan gerakan iman yang dipelopori oleh Pdt. Ki Dong Kim yang memahami “Gambar Kehendak Allah” pada bulan Mei 1962, sebagai anugerah Tuhan. Karakteristik gerakan ini adalah gerakan yang kembali kepada Alkitab, gerakan gereja Perjanjian Baru, gerakan para pemimpin awam, dan gerakan yang berpusat kepada Allah. Maksud tujuannya adalah kembali kepada Alkitab, sehingga Gereja dapat kembali kepada Alkitab, dan para orang kudus dapat berkumpul pada Gereja. Dengan dukungan Roh Kudus, tujuan utamanya adalah mendirikan gereja Yesus Kristus. Secara detil gerakan Berea dapat disingkat sebagai berikut:

Pertama, gerakan Berea adalah gerakan yang menyerupai Alkitab. Para pengikut gerakan ini ingin meniru kehidupan iman yang rendah hati seperti yang diteladani oleh orang-orang Berea dalam Kisah 17:11-12 yang adalah “menyelidiki kitab suci setiap hari untuk mengetahui apa yang dikatakan Paulus sungguh benar” (NIV). Tujuan gerakan Berea adalah kepada Alkitab, ini bukan semata-mata membaca firman saja, namun secara nyata mentaati firman Tuhan. Itulah gerakan Berea.

Kedua, gerakan Berea adalah gerakan gereja Perjanjian Baru. Dalam semangat gerakan ini, Gereja-gereja didorong untuk menyerupai Perjanjian Baru, dan para orang kudus didorong untuk menyerupai Gereja. Dengan cara ini, Gereja Perjanjian Baru yang menyerupai Alkitab, diwujudnyatakan. Kesembuhan Kristus dan tanda Roh Kudus, dan tanda-tanda heran bukan hanya kenangan masa lampau. Kebenaran mengatakan, “Yesus Kristus tetap sama baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-selamanya” Ibrani 13:8). Menjadi tubuh Yesus, Gereja harus dipenuhi dengan hidup dan kuasa Yesus yang telah dibangkitkan dari kematian. Gereja harus menyatakan hanya karakteristik Yesus saja. Dengan mengalami kembali kuasa Roh Kudus pada gereja-gereja masa kini seperti yang dinyatakan dalam Perjanjian Baru, gerakan ini berusaha mendirikan Gereja Yesus yang memiliki kuasa kerasulan. Sehingga, “alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18).

Ketiga, gerakan Berea adalah gerakan para pemimpin awam. Gerakan ini mendukung ide bahwa orang-orang awam pun harus mendapatkan kebebasan individu dalam menafsirkan Alkitab, dalam pengetahuan teologia, dan berdasarkan pengalaman kehidupan iman. Gerakan ini percaya dalam memberdayakan para pemimpin awam. Semua anggota jemaat gereja Perjanjian Baru memiliki hak untuk mengajarkan firman Tuhan menurut pemahaman dan pengalaman pribadi mereka. Bahkan kuasa Roh Kudus yang dibuktikan dalam kesembuhan dan pengusiran roh-roh najis harus tidak dipandang sebagai karunia yang khusus untuk orang-orang yang khusus pula. Namun, gerakan ini menggugat bahwa kuasa Roh Kudus diberikan secara universal kepada semua orang percaya.

Keempat, gerakan Berea adalah gerakan iman yang berpusat kepada Allah. Theocentricism, (Allah sebagai pusat cara pandang dalam segala hal) orientasi kepada iman diperlukan, dan anthropocentricism (cara pandang atau penafsiran dunia menurut nilai-nilai dan pengalaman manusia) dihindari dalam penafsiran Alkitab. Dalam penafsiran Alkitab, dalam memercayai firman Tuhan dan dalam memimpin kehidupan iman kita, pandangan yang berpusat kepada Allah (theocentric) diambil untuk tujuan ini. Inti gerakan ini adalah “Gambar Kehendak Allah.” Ini bukanlah semata-mata menambahkan dogma gereja lainnya lagi yang harus dipelajari dan dipaksakan. “Gambar Kehendak Allah” bertujuan, tidak hanya untuk dipelajari tetapi juga untuk dipraktekkan seturut yang kita percaya, hidup dan menjadi berdaya secara spiritual. Melebihi kuasa ekklesiatikal, melampaui doktrin-doktrin yang sudah mapan, di atas konstitusi, ada Alkitab yang mana gereja harus kembali. Inilah gereja yang harus diserupai oleh para orang kudus. Jalan ini, tujuan yang paling akhir ialah mewujudkan gereja Perjanjian Baru, yang dapat sungguh menyenangkan Allah.

Bacaan Ayat-ayat Alkitab:
Kisah 17:11-12; Ibrani 13:8; Matius 16:18





Orang-orang Berea:

-Mereka yang menyelidiki Alkitab dengan sikap yang rendah hati.
-Mereka yang hidup berdasarkan pengajaran dari Alkitab.

Orang-orang Berea adalah suatu istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan orang-orang Kristen yang ingin memimpin kehidupan keimannya dengan rendah hati meneladani orang-orang Kristen di Berea (Kisah 17:11-12), yang mengatakan, “Orang-orang Berea lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani.”

Orang Berea itu mulia hatinya, menerima firman dengan bersemangat dan menyelidiki Alkitab apakah firman itu benar.

Pertama, orang-orang Berea itu mulia hatinya. Kata Yunani, “εύγενής memiliki arti “terlahir secara hormat atau mulia” dan “mulia”. Dalam teks yang spesifik ini, Kisah 17:11-12, diterjemahkan sebagai “memiliki sifat yang mulia” (NIV), “hati yang seimbang” (KJV) , dan “mau menerima”(NRSV). Orang-orang Berea lebih mulia karakternya dan lebih seimbang hatinya. Mereka memiliki pikiran yang terbuka kepada setiap penginjil. Orang-orang Yahudi yang berkumpul di sinagoga di Berea termasuk di antaranya perempuan-perempuan terkemuka dan banyak di antaranya pejabat berpangkat tinggi, namun mereka sama sekali tidak menolak atau pun meremehkan firman yang Paulus sampaikan. Tanpa memandang kekayaan, tingkat status sosial yang tinggi dan latar belakang pendidikan yang baik, mereka tidak angkuh terhadap firman Tuhan.

Kedua, “orang-orang Berea” menerima firman dengan bersemangat. Kata Yunani, “προθνμιας” memiliki arti “bersedia membantu”, “bersiap”, “berhasrat” dan “bersemangat”. Orang-orang percaya di Berea mendengar firman dengan bersemangat sekali. Walaupun pembawa firman bukan orang yang berasal dari komunitasnya, mereka memberikan perhatian kepada firman dengan sikap yang sangat positif.

Ketiga, “orang-orang Berea” menyelidiki Alkitab untuk mengetahui apa yang mereka dengar dalam khotbah adalah benar. Kata Yunani, “ανακρίνω” terdiri dari kombinasi dari “ανα” dan “κρίν.” “ανα” memiliki arti “pengulangan” dan “κρίν” berarti “hakim”. Sehingga “ανακρίνω” berarti “menghakimi setelah berpikir berkali-kali” tanpa mengambil kesimpulan yang terburu-buru. Atas pendengaran firman Injil dari Paulus, mereka tidak langsung menghakimi dengan cara yang terburu-buru menurut pengalaman dan pikiran mereka sendiri, namun mereka lebih suka bermeditasi lebih dulu, lagi dan lagi. Mereka menyelidiki kitab suci untuk melihat apa yang Paulus khotbahkan sesuai dengan firman Tuhan. Beginilah bagaimana mereka memperoleh konfirmasi pada kebenaran firman Injil yang Palulus sampaikan. “Orang-orang Berea” tidak egois. Mereka juga tidak mematuhi secara membabi buta. Mereka adalah orang-orang yang patut diteladani yang menerima firman Tuhan dengan pikiran yang terbuka dan memeriksa firman dengan Alkitab. Mereka adalah orang percaya yang sejati, karena mereka berusaha sekuat tenaga untuk hidup berdasarkan pengajaran Alkitab. Mereka memberikan wibawa yang tertinggi kepada Alkitab.

Ayat Alkitab terkait:
Kisah 17:11-12